RSS

Minggu, 15 November 2009

Memaknai [kembali] Pemuda dan Peran Sejarahnya


E.Chairil A.1
Pemuda adalah sejarah. Karena sejarah tidak pernah ditulis kecuali oleh tangan pemuda…


Pendahuluan

Perjalanan hidup kita, baik sebagai individu maupun kolektif sejatinya akan bertemu pada titik harmoni tentang kesadaran sejarah. Hidup yang pada akhirnya merupakan kesadaran untuk saling pandang memandang, pantul memantul, bercermin pada diri atau orang lain. Bercermin pada sejarah menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup kita. Apalagi perjalanan hidup sebagai sebuah bangsa besar seperti Indonesia ini.

Sejarah mengajarkan banyak hal kepada kita tentang kebermaknaan hidup. Karena sejatinya hidup sendiri adalah sejarah, kemarin adalah sejarah hari ini, hari ini adalah sejarah hari esok, dan esok hari adalah sejarah untuk lusa yang lebih baik, begitu seterusnya tiada berkesudahan.

Pentingnya membaca ulang sejarah
Sejarah merupakan disiplin ilmu yang memiliki metode [mazhab] yang mantap, aspek penggunaan yang sangat banyak , dan memiliki sasaran mulia. Sejarah membuat kita faham akan hal ihwal bangsa-bangsa terdahulu, yang merefleksikan diri dalam prilaku kebangsaan mereka. Sejarah membuat kita tahu biografi para Nabi, serta negara dan kebijaksanaan para raja.2

Perjalanan bangsa kita sejak masa lalu, kekinian dan masa depan sangat ditentukan oleh peran sejarah para pemudanya. Ruang dan waktu telah mencatat berbagai peran yang telah dilakukan pemuda Indonesia baik pada masa pra kemerdekaan, kemerdekaan serta pasca kemerdekaan. Pembacaan ulang tentang sejarah secara utuh, objektif, dan otentik menjadi sebuah hal yang urgen dilakukan oleh semua komponen bangsa, terlebih kita pemuda. Karena pemahaman akan sejarah yang otentik akan senantia memberikan pencerahan dan penyegaran bagi kita untuk bisa menjalani hidup dalam konteks kebangsaan dengan lebih baik, lebih bijak dan terarah.

Membaca ulang sejarah Indonesia
Indonesia atau yang awalnya terkenal dengan istilah Nusantara merupakan gugusan kepulauan yang dianugerahi kekayaan yang melimpah oleh Allah SWT. Perut buminya menyimpan minyak dan gas bumi, tembaga, bijih besi, nikel, timah, hingga batubara. Lautannya kaya akan berbagai jenis ikan, kerang, rumput laut, hingga mutiara. Tanahnya sangat subur. Udaranya bersih. Matahari sepanjang tahun menyinari ribuan pulaunya. Strategis letaknya. Diapit dua benua dan dua samudera. Peradaban telah bersinar di tanah “syurga” ini sejak zaman Nabi.3

Di abad pertama masehi, di tanah ini sudah berdiri kerajaan dengan system keyakinan local berupa pemujaan terhadap arwah para leluhur. Tahun pertama Hijriah, sebuah perkampungan Muslim telah ditemukan dipesisir barat Sumatera. Tanah ini begitu cepat mengabsorpsi kalimat tauhid. Masyarakatnya hidup damai, tentram, ramah, murah senyum, dan suka bergotong royong.

Semuanya berubah menjadi malapetaka ketika awal abad ke 15, Paus Alexander VI memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katholik portugis dan spanyol melalui perjanjian Tordesillas.4 Paus Alexander dengan sewenang-wenang membelah dunia di luar daratan eropa menjadi dua kapling untuk dirampok sekaligus dijadikan wilayah salib, satu untuk portugis dan yang lainnya untuk spanyol.

Pemberian ini memberikan dunia baru-kini disebut Amerika-kepada spanyol. Afrika serta india diberikan kepada Portugal. Nusantara pun terbagi dua. Katholik spanyol berlayar ke Barat dan katholik portugis ke timur. Menyaksikan kesuksesan portugis dan spanyol, bangsa eropa lain pun tergiur untuk melakukan hal yang sama. Ketika eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan “dunia baru”, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen tidak ada bedanya. Misi imperialisme eropa ini terkenal dengan istilah 3G: Gold, Glory, Gospel.

Salah satu bukti bahwa penyebaran misi salib senantiasa mengikuti misi imperialisme dan kolonialisme, sejarahwan Belanda J. Wils menemukan bahwa pendirian pos-pos misionaris awal di Nusantara selalu mengikuti perkembangan gerak maju armada portugis dan spanyol.5

Aqidah islam yang telah berurat akar di Nusantara menentang keras segala bentuk penjajahan, perampokan apalagi pemurtadan. Apalagi bangsa eropa ini melakukan semuanya, mulai dari merampok kekayaan alam sampai merampok akidah islam. Para ulama, kiai, dan ustadz berangkat dari satu masjid ke masjid yang lain. Dari satu surau ke surau yang lain. Memimpin umatnya merapatkan barisan dan berjihad menyelamatkan tanah ini. Islam pun menjadi ideology perlawanan. Tanah Nusantara yang subur ini pun semakin subur, karena disirami darah para syuhada. Tanah yang luas dan kaya ini menyimpan jutaan bahkan ratusan juta jasad para syuhada.6

Chairil Anwar dalam salah satu puisinya :
“Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata”7

Negeri besar dan kaya ini telah dimerdekakan oleh para syuhada. Sekali lagi hanya oleh para syuhada. Kelahirannya [baca:proklamasi] pun dengan menyebut nama Allah SWT. Diiringi gema takbir yang membahana. Di bulan Ramadhan, hari jum’at tanggal 17 Agustus 1945.

Pemuda dalam perspektif islam
Secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda, adalah the time of life between childhood and maturity, early maturity, the state of being young or immature or inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person . Dari definisi ini, maka dapat diinterpretasikan pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, penuh vitalitas, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil karena masa transisional psikologisnya.

bagaimana Islam memandang Pemuda ?
Pemuda memiliki rasa idealisme yang tinggi, berani menanggung resiko untuk keteguhan tujuannya, gesit, kuat, yang terpenting memiliki fitrah yang masih bersih.8 Ibnu abbas ra, berkata “tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah melainkan Ia pilih dari kalangan pemuda saja [sekitar 30-40 tahun] begitu juga tidak seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan dari pemuda saja.”9

Dalam surat al-Anbiya 60, mereka berkata: “kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama ibrahim. “Selanjutnya kisah-kisah lainnya dapat kita lihat dan renungkan bagaimana Ibrahim menentang raja nambrud yang sangat kejam, bagaimana Daud mengalahkan Raja Jalut yang bengis dan berpengalaman tempur terhebat kala itu, bagaimana Musa dan Harun melawan Raja Firaun yang dzalim dan sombong, yang tega membunuh semua bayi laki-laki yang lahir tanpa berdosa itu untuk kepentingannya sendiri.”

Ketika Nabi Muhammad SAW di utus Oleh Allah untuk menyampaikan risalah Islamiyah, yang mengimani saat itu diawali mayoritas oleh pemuda. Diantaranya Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam [masing-masing 8 tahun], thalhah bin ubaidillah [11 tahun], al-arqam bin abi al-arqom [12 tahun], seorang ahli tafsir terkemuka, Abdullah bin Mas’ud [14 tahun], saad bin Abi Waqqash [17 tahun], ja’far bin Abi Thalib [18 tahun], zaid bin haristah [20 tahun], mush’ab bin Umair [24 Tahun], Umar bin Khattab[26 tahun], Abu bakar Ash-Siddiq [37 tahun], dll.

Mereka, para pemuda pejuang
Ada banyak tokoh pemuda pejuang islam yang bisa kita jadikan teladan inspirasi. Karena perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan. Kita bisa belajar dari perjuangan tokoh-tokoh pergerakan muda Islam seperti Hasan Al-Banna, Sayid Qutub, Abdullah Azzam, Said Hawa dan masih banyak lagi.

Kisah muda Agus Salim yang hanya lulusan setingkat SMA [Hoogere Burger School] namun mampu menjadi pemikir besar yang mewarnai perkembangan Islam Indonesia, mempengaruhi arah politik nasional di periode awal kemerdekaan, hingga turut memberikan khazanah keislaman secara internasional karena aktifitasnya di dunia jurnalistik dan diplomasi. Kisah-kisah perjuangan H.O.S Tjokroaminoto yang menjadi pelopor penting lahirnya Syarikat Dagang Islam [SDI] dan kisah M.Natsir yang dengan prinsip Islamnya memberi warna tersendiri bagi perkembangan Dakwah Islam dan politik di Indonesia.

Ada Ustadz Jenderal Sudirman, seorang guru agama yang bisa menjadi inspirasi. Sudirman, seorang jenderal yang ketika berpidato senantiasa mengutip ayat-ayat al-qur’an. Sudirman, seorang jenderal yang selalu menjaga ibadah-ibadahnya, menjaga sholat malam, dan puasa sunnah. Di setiap kampong yang disinggahinya beliau selalu mendirikan pengajian dan memberikan ceramah keagamaan.

Ada seorang pejuang perempuan sholehah, RA Kartini. Yang oleh penguasa, penulisan sejarah tentangnya dibuat tidak berimbang. Kartini yang tersentuh oleh surat Al baqarah 257 yang menyatakan jika Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya [minazh Zhulumaati ilan Nuur], sebab itu dia memberi judul tulisannya mengutip ayat tsb. Hanya saja, karena ditulis dalam bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht”, maka oleh Armijn Pane, seorang Kristen, diterjemahkan menjadi “Habis gelap terbitlah terang”.10

Pemuda dalam ruang refleksi dan kontribusi
Rangkaian hikmah dari sebuah cerita sejarah haruslah menjadi mata air inspirasi bagi komunitasnya. Terutama pemuda. Karena pemuda adalah pemegang kendali sejarah sebuah komunitas atau bangsa. Para pemuda harus berani tampil ke depan, menjadi pemimpin baru, menciptakan jalan-jalan baru, sehingga sejarah senantiasa berjalan pada rel yang seharusnya.

Pemuda merupakan generasi penerus. Aset mahal sebuah bangsa. Kekuatan sebuah bangsa akan tercermin dari kualitas sumberdaya pemuda hari ini. Oleh karenanya, pemuda harus senantiasa meletakkan pijakan hidupnya pada orientasi masa depan. Sehingga semua aktivitas yang dilakukannya, haruslah senantiasa memiliki alasan yang benar dan relevan serta inheren dengan tujuan hidupnya.
Menurut Organisasi Perburuhan Dunia [International Labor Organization] terdapat 160 juta orang di dunia yang menganggur dan 40 persen diantaranya adalah pemuda, dalam bidang pendidikan terdapat 133 juta pemuda di dunia yang buta huruf, dengan 1.738.000 di antaranya berada di Indonesia, 238 juta pemuda hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di bawah 1 dollar/hari, dan 462 juta pemuda hidup di bawah 2 dollar/hari.

Di Indonesia [Susenas, 2003], sekitar 2 persen jumlah pemuda tidak pernah sekolah, 16 persen masih bersekolah, dan 82 persen sudah tidak bersekolah lagi. Dari keseluruhan jumlah pemuda, sekitar 2,36 persen diantaranya buta huruf. Selanjutnya jika dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan, masing-masing sekitar 34,7 persen, 26,9 persen, 24,4 persen, dan 3,73 persen pemuda yang tamat SD, SLTP, SMA, dan perguruan tinggi. Sementara itu, pemuda yang tidak berpendidikan [tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD] sekitar 10,36 persen. Masalah lainnya adalah rendahnya minat baca di kalangan pemuda yaitu sekitar 37,5 persen, rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja [TPAK] pemuda yaitu sekitar 65,9 persen, tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda yang mencapai sekitar 19,5 persen, dan maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkoba, psikotropika dan HIV/AIDS.

Rendahnya budaya olahraga. Hal ini tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olah raga Indonesia yang hanya mencapai 34 persen [Sport Development Index/SDI] pada tahun 2004. Indeks ini dihitung berdasarkan angka indeks partisipasi, ruang terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran.

Rendahnya kualitas manusia Indonesia, terutama pemuda setidaknya bisa dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu personal pemuda dan kualitas sumber daya manusia.11

Kondisi pemuda hari ini sedang dihadapkan pada kompleksitas problem dan tekanan. Pemuda berada dalam himpitan dan jebakan arus idealisme dan pragmatisme. Pertanyaan yang sering mengemuka disaat peringatan sumpah pemuda di laksanakan setiap tahunnya seperti di bulan Oktober 2009 kemaren, adalah bagaimana caranya supaya semangat sumpah pemuda di reaktualisasikan untuk mengisi peran sejarah di era pasca kemerdekaan ini. Selanjutnya yaitu, bagaimana eksistensi dan konsistensi peran pemuda dalam mendukung dan mengawal aktivitas penyelenggaraan negara. Pertanyaan seperti itulah yang sering muncul dan menjadi bahan refleksi kritis bagi semua komponen bangsa.

Di sisi lain, menurut Prof. Komaruddin Hidayat Sesungguhnya peran fungsi generasi muda dalam berkiprah untuk membangun bangsa dianggap kurang maksimal, adalah tidak lepas dari faktor peran pemerintah yang berkewajiban untuk memfasilitasi dan mewadahinya. Sebenarnya banyak generasi muda yang pintar dan mempunyai keahlian yang tinggi, tapi tidak terwadahi oleh partai dan birokrasi [pemerintahan].”

Apa yang bisa kita berikan?
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan memberikan sebuah wejangan yang menarik untuk para pemuda. Hal ini disampaikan oleh beliau, pada para aktivis gerakan pemuda di Bandung minggu yang lalu. Beberapa diantaranya yaitu :
Kontribusi ilmu pengetahuan [baca:pendidikan]
Kontribusi profesionalisme berbingkai moral yang kuat
Kontribusi kemandirian ekonomi
Kontribusi kepemimpinan

Ilmu pengetahuan merupakan fondasi sebuah peradaban. Dalam hal ini yang dimaksud adalah, bagi para pemuda yang sedang menimba ilmu baik itu kuliah maupun kursus singkat dsb, hendaknya benar-benar bisa focus memperdalam konsentrasi keilmuan yang digelutinya. Sehingga pada saatnya nanti, akan lahir aktivis pejuang yang memiliki kompetensi yang mumpuni. Untuk membangun peradaban sebuah bangsa, diperlukan kemampuan untuk membuat narasinya. Kemampuan tersebut hanya bisa dicapai dengan ilmu pengetahuan.

Bangsa ini memiliki banyak orang pintar, cerdas, bahkan jenius. Juga banyak memiliki orang-orang yang professional di bidang keilmuan masing-masing. Tapi profesionalisme belumlah cukup, tanpa dibarengi dengan kekuatan moral. Akhlaq yang baik. Sehingga pendidikan kita haruslah menghasilkan pemuda-pemuda intelektual yang memiliki integritas moral. Dan kita harus menjadi bagian dari proses serta hasil dari pendidikan yang dimaksud tersebut.

Ada banyak sifat unggul yang dimiliki oleh para pemuda. Salah satunya adalah kemandirian. Terutama kemandirian ekonomi. Oleh karenanya, setiap kita harus belajar dan terus mengasah nilai-nilai unggul kemandirian tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan, missal dengan berwirausaha yang berbasis teknologi. Atau wirausaha yang masih ada hubungannya dengan bidang yang sedang kita geluti.

Sesungguhnya organisasi kemasyarakatan [ijtima’ insani] umat manusia adalah suatu keharusan. Para filosof [al-hukama’] telah melahirkan kenyataan ini dengan perkataan mereka: ”manusia adalah bersifat politis menurut tabi’atnya” [al-insanu madaniyyun biath-thabi’i]. ini berarti, ia memerlukan satu organisasi kemasyarakatan, yang menurut para filosof dinamakan “kota” [almadinah,politis].12

Yusuf Qardhawi dalam bukunya Min Fiqhid-Daulah Fil Islam mengemukakan bahwa “tabiat dan risalah Islam yang bersifat umum dan universal, harus bisa menyusup ke seluruh sisi kehidupan.
Kemudian Yusuf Qardhawi mengutip pendapat Ibnu Taimiyah dalam bukunya As-Siyasah Asy-Syar’iyah yang berkata “ harus diketahui bahwa wilayah [perwalian, pemerintahan] untuk mengurus urusan manusia merupakan kewajiban agama yang paling besar. Bahkan tidak ada artinya penegakkan agama dan dunia tanpa perwalian ini. Kemaslahatan bani Adam tidak akan berjalan secara sempurna kecuali dengan membentuk komunitas, karena sebagaian di antara mereka pasti membutuhkan sebagian yang lain. Dalam komunitas itu dibutuhkan seorang pemimpin, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “ Jika ada tiga orang yang pergi dalam suatu perjalanan, hendaklah mereka mengankat salah seorang diantara nya sebagai pemimpin” [HR. Abu Daud].13

Imam Syahid Hasan Al-Banna pernah mengemukakan bahwa : “Berpolitik adalah salah satu aktivitas dalam dakwah yang muaranya adalah untuk mengurusi umat hingga mengangkat mereka ke kedudukan sebagaimana yang diperintahkan al-Qur’an di tengah-tengah manusia“. Kemudian Imam Syahid menyampaikan pesan khusus kepada para pemuda berkenaan dengan as-Siyasi [politik] bernegara sebagai berikut : “Adalah sangat mengherankan sebuah faham seperti Komunisme, Kapitalisme, memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan mengajak masyarakat untuk menuju ke sana. Dan lebih mengherankan lagi, kita dapati beragam ideologi sosial-politik di dunia ini bersatu untuk menjadi pendukungnya. Mereka perjuangkan demi tegaknya ideologi tersebut dengan jiwa, pengorbanan, pikiran, media, harta, dan benda serta kesungguhan. Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan sebuah negara yang menegakkan ideologi yang datangnya dari Allah SWT yakni Al-Islam, yang bekerja untuk menegakkan kewajiban Dakwah Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia.”14

pentingnya kaum muda Islam mempersiapkan diri berkontribusi dalam wilayah kepemimpinan politik yaitu karena:

1.Indonesia adalah Negara yang jumlah penganut Islamnya terbesar di dunia, maka menjadi aneh jika negara terbesar komunitas Islamnya lalu dipimpin oleh orang yang tidak memiliki visi keislaman yang jelas

2.Realitas politik Indonesia kontemporer adalah realitas politik yang para elit politiknya dalam memegang kepercayaan rakyat masih diwarnai sikap korup, manipulatif dan seringkali tidak menggunakan etika politik dalam menjalankan pemerintahannya.

3.Tersendatnya agenda reformasi total di Indonesia bisa jadi disebabkan karena minimnya pemimpin politik Islam yang konsern dengan moral Islam sehingga terkalahkan oleh arus besar kezaliman politik yang sistematis berurat-akar melalui berbagai partai politik sekuler yang tidak mengindahkan fatsun politik yang disepakati.15

Untuk sampai pada peran kontribusi pemuda Islam Indonesia pada wilayah kepemimpinan politik maka mempersiapkan diri untuk mencapai keunggulan moral dan keunggulan ilmu adalah jalan awal yang baik.

Pada akhirnya, hidup kita akan bertemu pada titik harmoni tentang kesadaran sejarah. Hidup yang pada akhirnya merupakan kesadaran untuk saling pandang memandang, pantul memantul, bercermin pada diri atau orang lain. Bercermin pada sejarah menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup kita. Apalagi perjalanan hidup sebagai sebuah bangsa besar seperti Indonesia ini.

Selamat menuliskan sejarah. Pandanglah diri, dan orang lain. Jangan hanya melihat sejarah untuk sekarang dan disini. Tapi juga lihatlah jalan sejarah didepan untuk waktu yang tak berkesudahan.[echa]

---artikel ini disampaikan dalam sebuah forum aktivis mahasiswa di Universitas Negeri Malang pada tanggal 3 November 2009---
----------------------
1. Mahasiswa pada Departemen Teknik Sipil FT UB, Peminat kajian sejarah dan sastra.
2. Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008.
3. Era Muslim digest, Sejarah Indonesia, Eramuslim global media, Jakarta, 2009.
4. Ahmad Mansyur Suryanegara, Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara, Suara Hidayatullah, Juli, 2001.
5. J.Wils, artikel berjudul “Kegiatan Penyiaran Agama Katholik”, salah satu tulisan dalam buku “Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan”, Obor Indonesia, Jakarta, 1987, hal.356.
6. Era Muslim digest, Sejarah Indonesia, Eramuslim global media, Jakarta, 2009.
7. Petikan Puisi Chairil Anwar ,Karawang Bekasi, 1948.
8. [Q.S.18:13].
9. [tafsir ibnu Katsir III/63]
10. Era Muslim digest, RA Kartini dan Jaringan Yahudi, Eramuslim global media, Jakarta, 2009
11. Irwan Prayitno Prof, dalam artikel “Refleksi Pembangunan Pemuda dan Olah Raga di Indonesia [Kebijakan & Strategi]”.
12. Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008.
13. Yusuf Qardhawi, Min Fiqhid-Daulah Fil Islam, Darusy-syuruq, Cairo,1997.
14. Hasan Al Banna,Majmu’atur Rasail I.
15. Ubedilah Badrun dalam artikel “ Pemuda Islam Dan Kontribusinya Bagi Masa Depan Politik di Indonesia”, Tokyo.

0 komentar:

Posting Komentar