
Kita perlu ruang refleksi bersama
Umat islam pada hari ini perlu melakukan perenungan kembali atas ajaran moral, teologi doktrin social, politik, ekonomi, pemerintahan yang dulu pernah menjadi jawaban dan solusi alternative permasalahan dehumanisasi di zamannya. Pada hari ini umat manusia dan juga umat islam dihadapkan pada suatu permasalahan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia. Disamping kegetiran kita[umat islam] melihat fenomena kaum muslimin palestina yang masih berada dalam penjajahan Israel. Namun ada hal lain yang menjadi masalah kita hari ini, yaitu ancaman menguatnya system ekonomi dan politik neoliberalisme atau yang kita sebut kapitalisme global yang senantiasa berusaha menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Sepertinya, ancaman menguatnya system ekonomi dan politik neoliberalisme dalam bentuk"pasar bebas" merupakan kembalinya paham kolonialisme dan imperialism yang sudah lama mati. Bahkan lebih jauh lagi ini merupakan fenomena kembalinya "ideology jahiliyah" yang pernah menjadi persoalan dehumanisasi pada zamannya dan islam bisa hadir menjadi alternative di zamannya. Adapun penyikapan pemikiran Islam khususnya di Indonesia dalam menyikapi ini tidak satu pemikiran Umat islam Indonesia pada hari ini terbagi ke dalam kelompok-kelompok. Keprihatinan mendasar atas kondisi kekinian Umat islam Indonesia bahkan juga dunia. Bahkan ada anekdot Umat islam bersatu ketika menghadapi satu musuh tap ketika tidak ada musuh maka akan saling berebut kepentingan, berlomba menancapkan pengaruh masing-masing.
Pandangan kelompok aliran pemikiran Islam berdasarkan paradigma yang diusung
Kelompok aliran pemikiram Islam Indonesia dalam menyikapi permasalahan umat dan bangsa [kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan peradabandan globalisasi] terbagi menjadi firkoh-firkoh. Adalah sebuah hal yang mustahil kelompok pemikiran tersebut direduksi atau dijadikan tunggal. Adapun pandangan kelompok aliran Islam terhadap permasalahan tersebut di atas dikelompokan berdasarkan kepada "cara pandang[paradgma]" bukan pada hal tipologi keagamaan[priyayi, santri dan abangan]. Kelompok aliran tersebut diantaranya:
1.Kelompok tradisionalis: Kelompok ini percaya bahwa kemiskinan umat pada hakikatnya adalah ketentuan dari Allah. Hanya Allah yang tahu makna dibalik ketentuan tersebut. Masalah kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan peradaban, marginalisasi ekonomi dan politik serta budaya local tidak ada sangkut pautnya dengan ideology neoliberalisme dan kapitalisme global.
2.Kelompok modernis[islam liberal]: Mereka lebih meyakini bahwa permasalahan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan peradaban dan marginalisasi ekonomi politik dan budaya local adalah akibat dari "adanya kesalahan umat islam dalam hal sikap, mental serta teologi".Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan peradaban umat islam tidak ada sangkut pautnya dengan menguatnya ideology neoliberalisme dan kapitalisme global. Bahkan,kata mereka kita akan menyiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing di era globalisasi seperti sekarang.
3.Kelompok revivalist/fundamentalist: Mereka lebih melihat factor internal dan eksternal yang menyebabkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas. Mengapa umat islam miskin, bodoh dan mengalami kemunduran peradaban? Semuanya disebabkan karena umat islam sendiri yang justru memakai ideology lain atau "ismea" lain sebagai dasar pijakan ketimbang Al-Qur'an dan sunnah sebagai mabda'[baca: ideology]. Cara pandang ini berangkat dari pemahaman bahwa Al-Qur'an pada dasarnya sudah menyediakan arahan, petunjuk secara holistic dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terlebih jika umat islam memang percaya alam semesta beserta isinya adalah ciptaan Allah, maka yang berhak mengatur ciptaannya adalah Allah sendiri. Sehingga tidak ada pilihan lain selain kembali kepada Al-Qur'an sebagaimana dicontohkan oleh generasi terbaik: Rosululloh dan para sahabatnya. Kelompok ini menilai globalisasi dan kapitalisme adalah agenda barat yang dipaksakan kepada umat islam.
4.Kelompok transformative kiri: Mereka meyakini bahwa kemiskinan rakyat pada dasarnya diakibatkan oleh ketidakadilan system dan struktur ekonomi, politik dan budaya. Sehingga tida heran, jika agenda utama mereka adalah melakukan transformasi terhadap struktur melalui penciptaan relasi yang secara fundamental baru dalam bidang ekonomi, politik dan budaya.
Islam sebagai solusi alternative
Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada banyak persoalan. Mari kita buka mata buka hati dan telinga untuk melihat negeri yang kita cintai agar semakin tumbuh rasa kebangsaan dan cinta akan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Beberapa persoalan bangsa kita hari ini diantaranya masalah korupsi, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, hutang luar negeri, bencana alam, rendahnya produktivitas, rendahnya kualitas manusia Indonesia dsb.
17 Agustus sebagai momentum kemerdekaan bangsa kita hendaknya kita maknai dengan spirit pembaharuan dan kemandirian sebagai sebuah bangsa. Mengutip apa yang disampaikan Yusuf Kalla di harian kompas edisi senin 13 Agustus " Tujuan utama kita adalah mencapai kemandirian bangsa dan kemandirian itulah puncak dari kemerdekaan. Penguasaan teknologi bisa menjadi salah satu bagian alternative menuju kemandirian bangsa. Akan tetapi solusi itu haruslah dipandang dari kacamata yang holistic karena permasalahan bangsa kita pun demikian kompleksnya. Wacana islam sebagai alternative harus dibarengi dengan kerja-kerja nyata. Kalaulah selama ini kita terbiasa sudah cukup puas dengan hanya memberikan pernyataan sika tentang suatu masalah. Maka hari ini kita harus memulai gerakan islam bisa tampil menawan dengan segudang teori dan aplikasi yang berguna bagi bangsa. Ada sebuah ungkapan yang baik untuk kita renungkan: If better is possible good is not enough. If the best is possible better is not enough. KAMMI sebagai bagian dari arus kebangkitan islam global tentunya dituntut untuk bisa memainkan perannya sebagai problem solver bukan problem speaker bahkan problem maker. Persoalan dehumanisasi adalah persoalan menyangkut manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah sehingga hanya aturan-Nya lah yang layak untuk mengatur kehidupan manusia. Pengejawantahan nilai-nilai keislaman yang menjadi dasar perjuangan kita , harus dikemas dan disampaikan dalam tampilan yang menawan. Sehingga cita-cita besar kebangkitan umat dan bangsa ini terwujud dengan adanya bagian kerja-kerja besar kita di dalamnya. Sampai bertemu kemenangan di penghujung jalan ini.Semoga[]
Intanshurulloha yan shurkum wa yutsabbit aqdaamakum
Allohu a'lam walillahil izzah
0 komentar:
Posting Komentar