RSS

Rabu, 31 Desember 2008

Akankah Musyda KAMMI Mlg 2008 menemukan jiwanya?

Menjelang musyda 2008[2009];diam dan senyap yang dalam...
Akankah musyda membawa perubahan yg signifikan bagi kammi daerah malang ke depan? Atau musyda hanya akan menjadi rutinitas tahunan yg mengulang lagu lama? Atau musyda menjadi titik balik terdegradasinya bangunan organisasi yang selama ini sudah di bangun? Atau tidak melahirkan perubahan apapun alias stagnan bin jalan di tempat?

Hmm...jawabannya ada pada hati dan pikiran kita semua. Kalo hati kita baik maka pikiran pun baik. Kan begitu teorinya?hehe..

Mungkin ntm masih inget apa yg dikatakan einstein tentang waktu? si einstein bilang waktu itu adalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Klo hari ini kita melakukan kebaikan maka insyaallah kebaikan itu akan terulang kembali dikemudian hari. Pun sebaliknya.

Musyda jiwa gerakan?

Musyda 2008[2009] sudah di depan mata. Tapi, pesonanya, semangatnya sepertinya belum mampu menarik mata [hati]. Musyda bagi KAMMI bukanlah stasiun kenangan tahunan. Bukan pula ajang rebutan jabatan. Tapi Musyda bagi KAMMI, kita[kader] adalah jiwa gerakan. Dia ibarat titik tolak setelah menempuh perjalanan jauh. Perjalanan yg melelahkan. Yang memakan ribuan mil, ratusan tikungan, banyaknya tanjakan, dan godaan perhentian. Sejatinya, dia harus menjadi jiwa[zaman] gerakan selanjutnya. Karena perjalanan masih panjang.

Seperti halnya stasiun bahan bakar. Maka begitu pulalah musyda bagi gerakan kita. Di stasiun ini kita akan mengisi bahan bakar yg cukup untuk bisa sampai di tujuan. Di stasiun ini pula kita mengencangkan komitmen untuk berani mengayun langkahkan kaki kembali berjalan menuju tujuan akhir. Tapi dalam konteks ini, ternyata bukan hanya keberanian yang dibutuhkan. Karena perjalanannya ini tidak cukup selesai hanya dengan modal keberanian melangkah. Tapi ianya harus bersenyawa dengan ide besar. Karena ide besarlah yg akan membuat organisasi ini tetap hidup bahkan berkembang dan maju.

Mungkin kita semua punya ide tentang kammi daerah malang hari esok[ke depan]? Tapi tidak semua kita punya kapasitas[daya tampung] muatan[ide,visi,narasi] yg cukup untuk bisa merealisasikan ide besar tersebut.Bahkan ternyata keduanya belum cukup untuk bisa menjadi modal ideal bagi perjalanan jauh ini. Modal ketiganya adalah sumberdaya yg mumpuni. Sehingga persenyawaan ketiga unsur tersebutlah yg harus kita temukan dalam musyda kali ini. Atau lebih tepatnya harus kita temukan dalam diri ketua kamda ke depan.

Godaan lama
Setiap perhelatan suksesi kepemimpinan, biasanya selalu memunculkan satu godaan yg lazim terjadi. godaan tentang siapa yg pantas menjadi ketua kamda selanjutnya. godaan terjebak pada dukung mendukung. Walaupun pada dasarnya, sah2 saja tergoda oleh pilihan seperti ini. Asalkan kemudian tidak menimbulkan perpecahan internal organisasi. Dalam arti yang lain, tidak boleh ada individu yang merasa paling berhak dan layak menjadi ketua. Atau merasa paling berjasa diantara yang lainnya. Karena bagi kita ukhuwah lebih utama.

Titik tolak
Tentunya semua kita sepakat, bahwa musyda harus bisa menjadi titik tolak. Sebagai titik tolak perubahan besar. Sebagai sarana pencerdasan organisasi dan kader. Sebagai ajang kumulatif keimanan kita. Karena sebagai titik tolak itulah, maka musyda haruslah menemukan jiwanya. Jiwa musyda adalah jiwa kebesaran organisasi. Jiwa yang membuka dan berdialog dengan perbedaan dan potensi. Jiwa yang tidak mengebiri kreatifitas. Tapi itulah jiwa pemimpin.

Jiwa besar organisasi tentunya ekuivalen dan koheren dengan jiwa besar sang pemimpin[baca;ketua]. Hari-hari ini kita butuh pemimpin yang memimpin. Kita butuh pemimpin yang punya narasi, kapasitas, dan sumberdaya;meminjam istilah anis matta. Kita akan bisa mendapatkan pemimpin seperti itu. Jika musyda menemukan jiwanya. Ya..jika musyda menjadi titik tolak.

Sebenarnya. Saya termasuk orang yang menyayangkan. Knapa agenda talkshaw AB3 dalam rangka mencari pemimpin kammda ke depan, hanya di adakan dalam waktu yg relatif singkat. Menurut sumber yg bisa dipercaya, katanya hanya dari ba'da ashar sampe magrib. Padahal seharusnya disinilah momentum titik tolak dimulai. Karena melihat kapasitas kepemimpinan tidak bisa hanya dalam waktu sesingkat itu. Karena narasi, kapasitas, dan sumberdaya para AB3 yg berpotensi menjadi ketua itu harus dielaborasi lebih dalam tentunya.

Tapi. Pada titik selanjutnya. Saya hanya bisa berharap. Semoga musyda benar-benar bisa menemukan jiwanya. Semoga yg terjadi adalah dinamisasi organisasi. Bukan "kerdilisasi" organisasi. Semoga Musyda bisa menemukan jiwanya. Dan tentunya menjadi titik tolak. Semoga. Amiin[]

Tulisan kedua, dalam rangka mengawal musyda KAMMI Daerah Malang 2008[2009]
------------------------------------------
Salam,
wien_arigayota

0 komentar:

Posting Komentar