RSS

Rabu, 20 Januari 2010

Pansus Negarawan

Kita merindukan Natsir2 baru. Tan Malaka2 baru. Dipansus Century...[E.Chairil A,2010]

Sudah satu bulan lebih Pansus hak angket skandal Bank Century bekerja. Dalam masa itu, tentunya sudah banyak hal yang dilakukan. Mengumpulkan data dan fakta. Memverifikasinya dengan para saksi. Dan tentunya juga menginterogasi mereka yang dinilai bersentuhan dengan masalah ini.

Merupakan sebuah kemajuan yang signifikan bagi iklim demokrasi kita, ketika rapat-rapat pansus dengan para saksi disiarkan secara langsung dan terbuka untuk umum. Pada konteks itu kita patut bersyukur atas niat baik anggota pansus. Tapi disisi lain, kita patut waspada bahwa sejatinya dibalik keterbukaan itu ada sesuatu yang tersembunyi. Ada kepentingan politis dibaliknya.

Rapat-rapat terbuka dengan para saksi sepertinya sudah mengalami bias dari tujuan awal. Sebagian anggota pansus terlihat begitu arogan dalam memperlakukan para saksi. Terutama mereka yang dinilai paling bertanggungjawab atas kebijakan bailout bank century. Adalah Sri Mulyani dan Boediono tentunya. Mungkin niat baik mereka adalah atas nama rakyat. Dan lainnya, mumpung disiarkan langsung media jadi biar rakyat tahu siapa yang berjuang untuk rakyat siapa yang tidak. Mungkin itu motivasinya.

Tapi, terlepas dari itu sejatinya anggota pansus tidak harus menggunakan cara-cara berlebihan dalam menginterogasi para saksi. Kalau ujung-ujungnya tekanan itu diarahkan menjadi tekanan politis. Muncullah isu tawar menawar. Akhirnya dagang sapi lagi dipasar parlemen. Buat apa kalo seperti itu motivasinya. Rakyat sudah tahu mana yang murni berjuang demi rakyat, mana yang berpura-pura saja.

Akan lebih efektif, elegan, dan tepat sasaran kalau menggunakan cara-cara yang sewajarnya dan langsung tembak masalahnya. Melihat perkembangan terakhir, sepertinya rapat-rapat pansus sudah mulai kehilangan sasaran tembaknya. Tembakan-tembakannya sudah tidak terarah. Mungkin saja sudah mulai ada yang mengganggu penembaknya. Entah itu uang, kekuasaan. Akhirnya si penembak pun kehilangan konsentrasi.

Klaim rasa benar pun menjadi milik kedua pihak. Pansus, begitu juga saksi. Masing-masing mengklaim bahwa data yang dimiliki adalah benar. Dan rasa itu sudah menjadi milik keduanya.

Sejatinya kalau memang pansus benar berjuang atas nama rakyat. Bukan kepentingan. Maka fokus saja pada dua hal. Pertama, kejar terus misteri rapat tanggal 20 November 2008. Rapat yang dilakukan Menkeu Sri Mulyani, yang juga sebagai Ketua KSSK bersama Boediono Gubernur BI waktu itu. Setelah keduanya melakukan rapat bersama JK di kantor Wapres untuk membahas kondisi perekonomian nasional. Dengan kesimpulan bahwa pemerintah percaya diri untuk menghadapi krisis ekonomi global. Artinya langit perekonomian nasional cerah. Tapi beberapa jam setelah itu Sri Mulyani dan Boediono menggelar rapat di kantor Departemen Keuangan bahkan sampai pagi. Yang kemudian menghasilkan keputusan bailout Bank Century. Inilah kunci skandal bailout Bank Century. Dramatisasi keadaan perekonomian nasional. Hanya dalam hitungan beberapa jam langit cerah berubah menjadi gelap. Ada apa sebenarnya dengan Sri Mulyani dan Boediono? Adakah agenda tersembunyi dibaliknya?

Kedua, Just follow the money! Ikuti saja aliran uangnya. Mengalir kemana saja uang itu. Tapi persoalannya, apakah PPATK atau lembaga terkait dalam hal ini berani untuk mengungkapnya? Itulah tantangan terberatnya.

Jatah waktu dua bulan masa kerja bagi pansus sudah hampir usai. Dalam sisa waktu ini, pertaruhan nasib kebenaran dan rasa keadilan publik menjadi taruhannya. Walaupun ini hanya pengadilan politik. Disisa waktu ini, sangat rentan dengan godaan dagang sapi kepentingan. Ditambah dengan beredarnya isu pembicaraan tawar menawar antara Ical dan SBY. Tidak menutup kemungkinan fraksi keras seperti PDIP menjadi diam karena tawaran kursi menteri. Apalagi menjelang evaluasi 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Pansus harus bisa membuktikan harapan dan kepercayaan publik. Bahwa mereka adalah kader-kader terbaik bangsa. Kader-kader bangsa yang negarawan. Yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa dibanding pribadi atau kelompok. Pansus negarawan. Semoga[]

2 komentar:

Iqbal Ali mengatakan...

Salam mas...

Erwin Chairil A mengatakan...

oke akhi...makasih dah mampir:-)

Posting Komentar