RSS

Kamis, 27 Mei 2010

Belajar Cinta dari Habibie dan Sang Istri

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam
diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa
setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong
melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau
gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau
ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga
aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang,
Cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan,
Calon bidadari surgaku ....


Ini adalah puisi yang beredar di forum, sepertinya si penulis ingin menggambarkan bagaimana kekuatan mencintai diantara Habibie dan Ainun(Alm) dengan sebuah puisi yang hidup.

+++++++++++++++

Membaca puisi ini, jujur membuat hatiku syahdu, dan terasa terenyuh batinku. Ada getaran gelombang elektromagnetik cinta yang demikian besar diantara mereka. Habibi melalui laku cintanya, melalui tutur kata, telah mengajarkan aku makna mencintai yang sesungguhnya.

Mari meresapi makna kekuatan cinta Habibie dengan perspektif Anis Matta tentang mencintai." Kemampuan seseorang untuk mencintai adalah gambaran utuh dari seluruh kapasitas kepribadiannya. Hanya orang-orang dengan kepribadian kuat dan kapasitas besar yang mampu mencintai. Orang-orang lemah, yang setiap saat bisa kita saksikan disekitar kita, tidak akan pernah mencintai. Bahkan untuk mencintai diri mereka sekalipun. Takdir mereka adalah menantikan cinta dan kasih sayang orang-orang kuat."

Aku hanya ingin menjadi sesederhana Hasan Al Banna dalam menyikapi harta. Hanya ingin menjadi sekuat Habibie dalam mencintai. Dan hanya ingin menjadi setegar Umar dalam menyikapi masalah. Aku hanaya ingin seperti mereka

Kawan, ada begitu banyak orang kuat dalam pandangan kita ternyata dia lemah. Pun juga sebaliknya. Coba tengok, ada banyak orang kaya ilmu, harta, dan jabatan tapi pada sejatinya dia adalah lemah. Karena kekuatannya itu tidak pernah dia hibahkan untuk mencintai orang lain. Pada saat yang sama, kita juga melihat ada banyak orang lemah secara ilmu, harta, dan jabatan tapi pada sejatinya ternyata dia adalah orang yang kuat. Karena apa? Karena hidupnya dihibahkan untuk mencintai orang lain. Untuk mencintai kemanusiaan. Untuk kemajuan hidup bersama yang lebih baik. Mari belajar menjadi orang kuat kawan...[]

2 komentar:

PakWow_Keren mengatakan...

like this...

Tugas akhir teknik sipil mengatakan...

I like your articel..

Posting Komentar